Senin, 28 Mei 2012

Kudekap Hatinya di Bawah Langit Seoul

 

TELAH TERBIT DAN BEREDAR

Judul: Kudekap Hatinya di Bawah Langit Seoul (Novel)
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Penerbit: Araska, Yogyakarta
Harga: @Rp 25 ribu


Buku bisa Anda dapatkan di semua TB Gramedia, TB Gunung Agung, dan TB Toga Mas di seluruh Indonesia. Anda juga bisa memesannya langsung lewat sms ke nomor 087815594940 (nomor ponsel penulisnya)



Sinopsis Novel Kudekap Hatinya di Bawah Langit Seoul

Kang Geun Woo tiba-tiba mendapat kabar dari pak Rimpai. Warta dari Ayah angkatnya itu menggerakkan jiwa lelaki Korea itu berusaha keras mendapatkan kembali sebuah kalung. Ya, tepatnya kalung warisan salah satu keluarga dari suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. 

Usaha pencariannya itu membuatnya seperti petualang. Dari Samarinda dia ke Jakarta untuk mengadakan pencarian di sana. Lalu ke Hongkong dengan visi yang sama. Baginya, inilah kesempatan membalas budi baik. Dalam pikirannya, andai saja ayah angkatnya itu tak menyelematkannya di Sungai Mahakam dulu, dirinya sudah tiada di dunia ini. 

Tak disangka, di Hongkong dia bertemu seorang muslimah cantik dari Ningxia—Ma Xun Quan—yang sedang bertamasya di kota itu. Awalnya Quan menyangkanya sebagai penjambret tas. Persangkaan itu membuatnya berurusan dengan pihak kepolisian Hongkong. Namun, akhirnya mereka berteman. Quan membantunya mendapatkan kalung itu. Dengan bantuan gadis itu, Geun Woo mendapatkan informasi bahwa pemakai kalung itu berangkat ke Seoul. Quan yang memang bekerja di Ibukota Korea Selatan itu memutuskan ikut dengannya.

Mereka berdua pun menginjakkan kaki di Seoul. Seiring perjalanan waktu, mereka saling suka, cinta, dan sayang. Sementara di sisi lain, Geun Woo harus berurusan hukum dengan Kim Ga Won—mantan kekasihnya—yang sangat cantik itu. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Akankah cinta Kang Geun Woo bersatu dengan Ma Xun Quan? Ataukah lelaki Korea itu malah kembali ke pelukan Kim Ga Won seperti dulu?

Dengan membaca novel ini, Anda akan dibawa masuk ke jalinan cerita cinta yang menggetarkan jiwa dipadukan dengan religiusitas yang menggoda. Selamat Membaca!
________________*________________

Cinta di Tepi Geumho


Judul : Cinta di Tepi Geumho
Kisah Cinta Gadis Korea dan Lelaki Dayak Pecinta Taekwondo 
Penulis : Mahmud Jauhari AliUkuran : 13.5 x 20.5, 143 halaman
Harga: @Rp 23.000,00


Buku bisa Anda dapatkan di semua TB Gramedia, TB Gunung Agung, dan TB Toga Mas seluruh Indonesia. Anda juga bisa memesannya langsung lewat sms ke nomor 087815594940 (nomor ponsel penulisnya)

(Sebuah Novel Cinta Mengharukan)
“Kini aku di tepi Sungai Geumho… Jantungku berdebar. Kian lama kian kuat. Seisi jiwaku didekap rasa gugup. Ya, kegugupan yang sebelumnya tak pernah kurasakan sebesar ini. Inikah yang disebut cobaan di detik-detik pernikahan itu, tanyaku dalam hati.”

Sinopsis Cinta di Tepi Geumho

Son Chae Hyang sedang menanti liburan bersama teman-teman kerjanya ke Hongkong. Tapi, sebuah tugas penelitian harus diterima dan ditunaikannya dengan segera. Tak pernah terbetik olehnya akan mengadakan penelitian di Kalimantan Selatan. Sebuah tempat yang jauh dan terkenal dengan manusia Dayaknya yang primitif dan berorama mistis. Namun apa boleh buat, dia harus ke tempat yang jauh itu untuk menunaikan tugasnya sebagai peneliti muda dari Seoul.

Tak disangka, di Kalimantan Selatan dia bertemu seorang pemuda mantan atlet taekwondo yang tampan, terpelajar, dan baik hati. Jun So nama panggilan pemuda itu. Keduanya saling suka. Mulailah lahir benih-benih cinta dalam hati mereka. Dan sayang, kemudian keduanya terpisah oleh jarak yang jauh tanpa bisa berkomunikasi.

Akankah keduanya bertemu kembali dan menjalin kisah asmara mereka? Dengan membaca novel ini, Anda akan menemukan jawabannya.

Endorsemen
Mahmud Jauhari Ali merupakan novelis subur dengan kreativitas yang membuat kita terperenyak kagum. Tema cinta dalam novel ini memperlihatkan bahwa cinta itu abadi. Cinta antarbangsa dalam sejarah sastra Indonesia telah dimulai dari Abdul Muis dengan Salah Asuhan yang merenyuhkan. Sementara novel ini membuat kita senang dan bahagia memuja keabadian cinta.Korrie Layun Rampan, Pendiri dan Pengelola PDS KLR dan Pengasuh Rumah Sastra Korrie Layun Rampan

Sabtu, 20 Juni 2009

________________________________________________________
BERANDA ::::::: ALAMAT ::::::: POS-EL ::::::: TELEPON
________________________________________________________




Publikasi Sastra: Surat Kabar, Tabloid, Laman, dan Majalah

Mahmud Jauhari Ali

RADAR BANJARMASIN


=====Hari ini, tanggal 29 Maret 2009, saya tercengang dengan adanya tulisan berjudul Bengkel Sastra di Kotabaru yang terbit di SKH Radar Banjarmasin. Tulisan itu merupakan sebuah tanggapan terhadap tulisan berjudul Sastrawan Palgiat Vs Sastrawan Gila Hormat karangan M. Nahdiansyah Abdi dengan tanggal terbit 22 Maret 2009 di surat kabar harian yang sama. Mengapa saya tercengang? Hal itu disebabkan dalam tulisan itu terdapat pemublikasian kegiatan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan yang bernama bengkel sastra. Pemublikasian ini sebenarnya juga merupakan dokumentasi pertama kalinya yang dapat dibaca oleh khalayak ramai atas kegiatan UPT Pusat Bahasa tersebut di Kalimantan Selatan oleh seorang Helwatin Najwa. Mengapa pula saya katakan sebuah dokumentasi yang pertama kalinya? Karena, selama ini Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan belum pernah mendokumentasikan sendiri kegitan-kegiatannya di media massa yang disaksikan oleh masyarakat luas di Kalimantan Selatan.

=====Dalam tulisan Najwa itu, ia sempat menyebutkan pernah jalan-jalan di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan dan menonton pelatihan bengkel drama atau lebih tepatnya bengkel sastra untuk bidang drama pada tahun 2007 lalu. Menurut saya pemberitahuan ini tidak sejalan dengan salah satu isi tulisan Najwa pada awal 2008 yang telah lewat. Dalam tulisannya pada awal tahun 2008 itu ia menyatakan bahwa Balai Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan belum menunjukkan keseriusannya di bidang sastra. Atau jangan-jangan, dengan bengkel sastra di bidang drama tahun 2007 dan bengkel sastra tahun 2009 di Kotabaru itu, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan belum menunjukkan keseriusannya dalam dunia sastra di mata Hewalin Najwa? Entahlah? Ah sudahlah! Saya tidak mau berlama-lama mempermasalahkan hal terakhir tadi karena hal itu tidaklah terlalu penting bagi kita. Hal yang menurut saya perlu menjadi perhatian kita adalah pemublikasian kegiatan-kegiatan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan di tengah masyarakat. Pemublikasian ini sangat perlu mereka lakukan agar kegiatan-kegiatan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan itu diketahui oleh masyarakat yang membiayai hidup matinya instansi tersebut. Tentunya yang tidak kalah pentingnya adalah pemublikasian karya-karya sastra oleh para sastrawan di Provinsi Kalimantan Selatan secara terus-menerus dengan semangat juang yang tinggi.

Pemublikasian dapat dilakukan dengan berbagai media. Bisa lewat surat kabar, tabloid, buletin, majalah, buku, radio, televisi, dan juga melalui laman. Akan tetapi, dalam tulisan ini saya hanya akan membicarakan surat kabar ,tabloid, laman, dan majalah sebagai media-media yang berperan penting dalam kehidupan sastra di Provinsi Kalimantan Selatan.

Surat Kabar Harian dan Tabloid

Tidak semua surat kabar harian dan tabloid di provinsi ini memuat kolom sastra. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi alasan bagi kita tidak menulis sastra di surat kabar dan tabloid. Menurut hemat saya, surat kabar dan tabloid merupakan pilihan yang sangat bagus untuk memublikasikan karya-karya sastra, termasuk juga dalam hal ini adalah kegiatan-kegiatan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan seperti yang dilakukan Najwa dengan tulisannya tersebut. Khusus untuk publikasi hal terakhir tadi, surat kabar dan tabloid yang dipilih bukanlah surat kabar dan tabloid yang hanya dinikmati oleh segelintir orang atau yang lebih dikenal dengan surat kabar intern. Akan tetapi, surat kabar dan tabloid yang harus dipilih Balai Bahasa Provinsi Kaliantan Selatan untuk pemublikasian kegitan-kegiatan yang telah, sedang, atau pun yang belum dilaksanakan instansi itu adalah surat kabar dan tabloid yang merakyat. Setuju?

Sebenarnya bukan hanya kegiatan-kegiatan sastra saja yang harus dipublikasikan pihak Balai Bahasa Provinsi Kalimanan Selatan di surat kabar dan tabloid, tetapi juga tulisan-tulisan sastra oleh orang-orang di dalamnya. Selama ini jarang kita temukan tulisan para orang Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan di surat kabar dan tabloid. Hanya ada tiga nama orang Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan yang pernah menulis dalam surat kabar harian dan juga tabloid di provinsi ini. Ketiganya itu adalah Rissari Yayuk, Yuliati Puspita Sari dan Saefuddin. Lalu ke mana kah yang lainnya sehingga tidak menulis? Padahal sebenarnya meraka dapat memberikan warna baru di dunia sastra provinsi ini dengan pengetahuan ala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan yang mereka miliki. Bukankah dengan hadirnya tulisan-tulisan mereka di belantikan sastra Kalimantan Selatan akan lebih baik bagi provinsi ini? Karena itulah, seharusnya mereka menulis di surat kabar dan tabloid untuk kemajuan kita bersama. Setujukah Anda?

Dengan tulisan ini saya mengajak rekan-rekan dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan untuk menulis di surat kabar dan tabloid di provinsi ini. Jadi, alangkah baiknya kita memanfaatkan surat kabar dan tabloid yang merakyat untuk memublikasikan karya-karya sastra kita dan juga kegiatan-kegiatan sastra kepada masyarakat luas.

Laman Kesastraan

=====Sehubungan dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kita masing-masing dapat memublikasikan karya sastra di laman (blog). Pemublikasian karya sastra dan hal-hal lainnya di laman lebih memudahkan kita untuk saling berinteraksi dan berbagi pengetahuan dengan masyarakat di belahan bumi mana pun. Jika kita kaitkan kebermanfaatan laman bagi dunia sastra, setiap UPT Pusat Bahasa yang merupakan lembaga penelitian yang sarat dengan keilmuan dan kepakaran di bidang bahasa dan sastra seharusnya memiliki sebuah laman resmi. Mengapa saya katakan seharusnya? Karena, dengan adanya laman resmi tersebut, masyarakat akan dapat melihat kegiatan-kegiatan instansi yang mereka biayai, masyarakat juga dapat bertanya seputar bahasa dan sastra, memberikan komentar dan saran, berdiskusi, dan dapat mendapatkan pengetahuan dari disiplin linguistik dan sastra di sana. Alangkah baiknya bukan jika Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki laman resmi?

=====Dengan adanya laman itu insya Allah, hubungan sastrawan dan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan juga akan lebih erat dalam usaha memajukan sastra di Kalimantan Selatan. Kedua belah pihak akan lebih mudah berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Komunikasi yang saya maksud di sini adalah komunikasi dalam kaitannya dengan dunia sastra Kalimantan Selatan dalam nuansa persaudaraan yang indah. Saya berharap Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan sesegera mungkin membangun kantor baru di dunia maya yang lebih komunikatif daripada kantor lama di Jalan Jend. A. Yani Km 32,200 sekarang ini. Sebagian besar balai bahasa lainnya juga sudah memiliki laman resmi mereka, seperti www.balaibahasabandung.web.id. Jadi, tidak ada alasan lagi dari pihak Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan untuk tidak membuat kantor baru di dunia maya.

Majalah Sastra

=====Nahdiansyah dan Najwa dalam tulisan mereka juga menyebutkan majalah Horison dan anak-anak sekolah. Majalah sastra ini memang sangat bagus untuk proses pendidikan bagi anak-anak sekolah. Selain mereka dapat mengetahui karya-karya sastra yang baik dan juga pengetahuan sastra di dalamnya, mereka juga dapat turut serta aktif berkarya di majalah sastra terbitan Jakarta itu. Namun demikian, sangat disayangkan majalah ini merupakan majalah sastra yang tidak tersebar luas di Kalimantan Selatan. Di Banjarmasin saja, kita hanya dapat memperolehnya di toko buku besar. Itu pun dalam jumlah yang sedikit. Kita mudah mendapatkannya jika kita mau berlangganan majalah itu. Menjadi tidak masalah apabila pihak sekolah berlangganan majalah Horison. Akan tetapi, bagaimana dengan sekolah yang tidak berlangganan majalah sastra tersebut?

Jika kita kaitkan antara majalah sastra dan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan yang juga berkecimpung dalam dunia sastra, muncul sebuah pertayaan. Mengapa instansi itu tidak membuat majalah sastra di Kalimantan Selatan untuk mewadahi geliat bersastra sastrawan dan anak-anak sekolah di provinsi ini? Seharusnya, untuk mewadahi berbagai tulisan sastra hasil karya urang banua, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan harus membuat majalah sastra yang disebarkan di tengah masyarakat provinsi ini. Dengan majalah itu, masyarakat akan lebih memiliki media sastra untuk melengkapi kepustakaan mereka.

Bayangkan saja, bagaimana mungkin hasil bengkel sastra dapat lebih disalurkan para siswa alumni bengkel sastra sedangkan pihak Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan sendiri tidak menyediakan wadah berupa majalah sastra untuk menampung karya-karya anak-anak alumni bengkel sastra mereka itu? Majalah sastra harus diproduksi Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan guna menjadi wadah karya sastra para sastrawan dan anak-anak sekolah di provinsi ini, seperti halnya majalah Horison terbitan Jakarta itu.

Saya yakin, dengan pertolongan-Nya dan dengan usaha yang gigih, Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan mampu membuat dan menyebarkan majalah sastra mereka yang memuat karya-karya urang banua di tengah masyarakat Kalimantan Selatan.

Bagian Akhir

=====Pemublikasian tulisan-tulisan sastra dan kegiatan-kegiatan sastra perlu dilakukan di surat kabar, tabloid, laman, dan juga majalah sastra. Perlu adanya pemublikasian karena dengan pemublikasian tersebut, masyarakat di provinsi ini akan mendapatkan pengetahuan di bidang kesastraan dan juga mendapatkan pengetahuan tentang hidup dan kehidupan. Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan sebagai sebuah lembaga yang juga berkecimpung di bidang sastra, seharusnya membuat laman resmi mereka dan juga majalah sastra guna pemublikasian sastra. Mengingat pemublikasian sastra itu penting, marilah kita publikasikan karya-karya sastra dan juga kegiatan-kegiatan sastra di media-media kepada masyarakat Kalimantan Selatan. Akhirnya, semoga tulisan saya yang secuil ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Selamat berkarya!
________________________________________________________
BERANDA ::::::: ALAMAT ::::::: POS-EL ::::::: TELEPON
________________________________________________________

Sastrawan Kalsel: Biografi, Jumlah, dan Masalahnya

Mahmud Jauhari Ali

Radar Banjarmasin


=====Kata sastrawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga merupakan lema yang tergolong nomina dengan beberapa makna di dalamnya. Makna-makna itu adalah ’ahli sastra’, ’pujangga’, ’pengarang prosa dan puisi’, ’(orang) pandai-pandai’, dan ’cerdik cendekia’. Akan tetapi, batasan tersebut hanyalah makna umum yang termuat dalam sebuah kamus terbitan Pusat Bahasa. Kita tentu tidaklah wajib untuk mengikutinya karena Pusat Bahasa tidak selalu benar, ada kalanya mereka kurang tepat bahkan salah dalam hal bahasa. Makna-makna dalam lema sastrawan yang dibentuk dari kata sastra dan akhiran –wan itu hanyalah pemberian sepihak oleh sebuah instansi pemerintah. Kita hanya dipaksa untuk mengakuinya secara konvensional. Begitu pula dengan lema-lema yang lainnya dalam kamus terbitan Pusat Bahasa tersebut. Rugilah kita jika hanya mengikuti dan tanpa berpikir tentang produk-produk mereka. Namun, saya tidak ingin berlama-lama dengan produk Kantor Bahasa Pusat itu yang ternyata bukan pusat segala bahasa. Saat ini saya lebih tertarik dengan tulisan yang menyangkut biografi, jumlah, dan masalah sastrawan Kalimantan Selatan.

=====Ya, tulisan yang ditulis oleh T.N. Ganie dan Hajriansyah telah membuat saya terbuai dengan kata-kata mereka. Begitu indahnya tulisan mereka hingga saya pun bersemangat menggerakkan broca dalam otak saya untuk memproduksi kata-kata. Semoga saja tulisan saya ini bermanfaat bagi kita.


Bagian Pertama

Dalam Gairah Bersastra di Kalsel 2000—2008 (Cakrawala Radar Banjarmasin: 4, terbitan Minggu, 18 Januari 2009) T.N. Ganie menyebutkan dengan jelas bahwa setidak-tidaknya ada enam puluh sastrawan yang muncul pada rentang waktu 2000—2008. Jika kita cermati secara mendalam, jumlah itu tidak dapat kita jadikan sebagai patokan untuk sebuah pengetahuan di bidang sastra. Akan tetapi, hanya dapat kita jadikan sebagai bahan perkiraan jumlah yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Karena dalam tulisannya itu, T.N. Ganie memakai kata ulang setidak-tidaknya (lihat kembali paragraf pertama dalam Gairah Bersastra di Kalsel 2000—2008). Kata ulang itu menunjukkan angka yang paling sedikit. Maksudnya, paling sedikit ada enam puluh sastarawan. Kata ulang itu juga menunjukkan sikap tidak yakin dari T.N. Ganie dalam memutuskan jumlah yang tepat.

=====Setelah saya telusuri nama demi nama sastrawan yang muncul dalam rentang waktu 2000—2008 itu, ternyata nama-nama seperti Hajriansyah, Nailiya Nikmah JKF, dan Sainul Hermawan tidak tertera sebagai sastrawan Kalsel dalam rentang tersebut. Padahal, setahu saya ketiga contoh nama itu kerap muncul di Cakrawala Radar Banjarmasin. Tulisan mereka pun layak untuk dipandang sebagai karya sastra yang bermutu. Jadi, sebenarnya ada lebih daripada enam puluh sastrawan Kalsel yang muncul dalam rentang waktu 2000—2008. Muncul pertanyaan dalam sanubari saya, apa alasan T.N. Ganie yang bergelut dalam bidang sastra di Kalsel selama 28 tahun ini tidak memuat nama-nama seperti dalam contoh itu? Namun sudahlah, mungkin hanya masalah lupa, atau entahlah? Semoga T.N. Ganie juga ikut memikirkannya untuk kebaikan kita bersama.

=====Dalam judul yang sama, T.N. Ganie juga menyebutkan dengan jelas bahwa berdasarkan hasil pengamatan sekilas, sastrawan yang paling bergairah beraktivitas di jagad sastra pers adalah sastrawan yang muncul dalam rentang waktu 2000—2008. Sastrawan yang lahir sebelumnya tampaknya lebih senang memperkukuh eksistensi kesastrawanannya melalui sastra buku. Jujur, saya dibuat T.N. Ganie terdiam sejenak menyaksikan kata sekilas dalam paragraf ketiga pada Gairah Bersastra di Kalsel 2000—2008 itu. Kata tersebut mengandung maksud bahwa T.N. Ganie tidak mengadakan pengamatan serius di lapangan. Hal ini merupakan tindakan yang fatal dan mengakibatkan tidak dapat diterimanya hasil sebuah pengamatan. Akibatnya, tidak ilmiah karena tidak dapat dipertanggungjawabkan secara akal. Kemudian, saya kaitkan hal ini dengan kalimat seterusnya yakni, soal sastrawan masa sebelumnya yang aktif dalam sastra buku. Setelah saya perhatikan, ternyata dalam sastra pers masih bergeliat sastrawan yang dilahirkan sebelum tahun 2000. Sebut saja contohnya M. Hasbi Salim dan Ibramsyah Amandit yang tetap gigih menulis karya sastra di media massa. Contoh yang paling dekat adalah Tajudin Noor Ganie yang juga masih giat dalam sastra pers. Bukti-bukit ini mempengaruhi pernyataan T.N. Gani tentang kesenangan sastrawan yang lahir sebelum tahun 2000 dengan sastra buku yang juga dinyatakan dengan kata yang meragukan, yakni tampaknya.

=====Masih dalam tulisan yang sama, T.N. Ganie juga mengabaikan sastra elektronik selain sastra pers dan sastra buku. Kita sekarng hidup di zaman yang canggih. Jadi, tidak menutup kemungkinan terjadi pemanfaatan teknologi internet sebagai ruang bersastra oleh para sastrawan Kalsel. Sebut saja contohnya Arsyad Indradi yang aktif di www.penyairnusantara.blogspot.com, Sandi Firly yang aktif di www.sfirly.wordpress.com, dan Harie Insani Putra yang aktif di www.hariesaja.net.

=====Dalam tulisan itu juga, T.N. Ganie menyebutkan beberapa simpulan. Dinyantakannya bahwa dominasi sastrawan Kalsel yang muncul dalam rentang 2000—2008 ada kaitannya dengan kemudahan yang diberikan oleh pengasuh rubrik sastra di berbagai koran. Sebenarnya bukan mudah, melainkan lebih mudah daripada menembus koran nasional seperti SKH Kompas dan SKH Republika. Dalam simpulan itu, juga diungkapkan bahwa sastrawan sebelum tahun 2000 tetap produktif menulis karya sastra dengan mutu yang semakin meyakinkan. Sebenarnya hanya sebagian. Tidak semua sastrawan yang dilahirkan sebelum tahun 2000 masih aktif. Jadi, dalam tulisan itu seharusnya, ditambah pula keterangan yang masih hidup di belakang sastrawan kelahiran sebelum tahun 2000.

Di akhir tulisan itu, T.N. Ganie menyatakan bahwa sastrawan yang muncul dalam rentang waktu 2000-2008 dengan kemampuan finansial masih terbatas (masih tergantung pada pemberian orang tua) bagaimana mungkin berani bernekad-ekad menerbitkan buku sastra. Dalam hal ini rupanya T.N. Ganie lupa bahwa tidak semua sastrawan yang dimaksudnya masih menadah uang dari orang tua. Sebut saja M. Nahdiansyah Abdi bekerja di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, Abdurrahman El Husaini bekerja sebagai guru dengan status PNS, dan Rissari Yayuk bekerja di instansi bahasa dan sastra. Ini berarti penyataan T.N. Ganie itu perlu diperbaiki agar tidak menjadi sebuah pengetahuan sastra yang kurang tepat. Pengetahuan sastra yang baik sangat diperlukan oleh masyarakat di Kalimantan Selatan.

Bagian Kedua

Dalam Menulis, Penulis: Aha, Sastrawan! (Cakrawala Radar Banjarmasin: 4, terbitan Minggu, 25 Januari 2009) Hajriansyah melemparkan sebuah pertanyaan ditujukan kepada T.N. Ganie yang menggelitik otak saya untuk berpikir. Pertanyaan itu adalah apakah dengan cukup pernah menulis satu tulisan saja kemudian orang itu dapat dicatat sebagai sastrawan, meski kemudian si penulis itu tidak pernah menulis lagi? Pertanyaan ini dijawab oleh T.N. Ganie dengan kata Ya dalam tulisannya berjudul Biografi Sastrawan Kalsel: Sumber Data Manuskrip Saya yang diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2009 di koran yang sama. Jujur, jawaban T.N. Ganie ini membuat hati saya kurang sependapat dengannya. Mengapa?

Pertama, hal ini dapat berdampak buruk terhadap dunia sastra di Kalimantan Selatan. Para penulis sastra, misalnya puisi, yang baru saja menulis dapat berhenti berkarya karena dirinya sudah dicatat sebagai sastrawan. Mereka yang ingin menjadi sastrawan Kalsel, dengan keputusan T.N. Ganie itu, tentunya sudah mencapai tujuan, yakni diakui sebagai sastrawan. Jadi, untuk apa lagi mereka berkarya? ’Kan sudah menjadi sastrawan Kalsel? Ini namanya meredupkan cahaya dunia sastra di Kalsel. Jawaban T.N. Ganie tersebut juga dapat menyebabkan matinya usaha oleh penulis sastra pemula memperbaiki hasil cipta sastra untuk menjadi lebih baik lagi agar diakui sebagai sastrawan.

Kedua, belumlah layak jika hanya satu kali menulis langsung diakui sebagai sastrawan. Mereka yang baru satu kali menulis ini lebih layak disebut sebagai penulis karya sastra sangat pemula. Karena mereka baru pertama sekali menulis di koran, majalah, buku, atau laman (blog).

Dalam tulisannya, Hajriansyah juga berasumsi. Ya, hanya berasumsi bahwa nama-nama sastrawan Kalsel tak pernah ’dianggap’ di ranah kesusastraan Indonesia karena memang karya-karya sastrawan Kalsel tak cukup ’bagus’ di mata dunia; terlampau mudah menjadi sastrawan Kalsel. Menyangkut masalah ini, T.N. Ganie dalam Biografi Sastrawan Kalsel: Sumber Data Manuskrip Saya menyatakan tidak ada hubungan antara kemudahan menjadi sastrawan Kalsel dengan diakuinya sastrawan Kalsel di ranah kesastraan Indonesia. Sepengetahuan saya tidak semua nama sastrawan Kalsel tidak dianggap di ranah Indonesia. Buktinya, Micky Hidayat dinobatkan sebagai Ketua III Komunitas Sastra Indonesia. Begitu pula dengan Sandi Firly yang cerpen-cerpennya dimuat dalam Jurnal Cerpen Indonesia.

Menurut saya, dengan mudahnya seseorang diakui sebgai sastrawan Kalsel juga mempengaruhi mutu karya sastra yang diciptakannya. Karena sudah menjadi sastrawan Kalsel, penulis pemula sekali tidak bergairah lagi mengejar target menjadi sastrawan. Keadaan yang seperti itu, menyebabkan karya-karya yang dihasilkan kurang bermutu. Namun demikian, sebenarnya dengan tertolaknya naskah puisi, cerpen, atau mungkin novel sasrawan Kalsel di ranah Indonesia, memberikan kesadaran. Kesadaran bahwa untuk dapat diterima di ranah Indonesia dan dunia, perlu kerja keras membuat karya yang bagus dan tentunya juga sesuai selera dewan redaksi di luar sana.

Menganai sastrawan mana yang paling produktif, kreatif, konsisten, terkenal, dan sebagainya, sastrawan Abdul Karim Amar (AKA) yang kini aktif di KSI Cabang Kertak Hanyar memisalkannya seperti obat paten dan generik. Artinya, sastrawan itu ada yang ”paten” dan ada yang ”generik”. Hal itu menurutnya perlu disadari dalam diri masing-masing. Apakah diri kita termasuk ke dalam yang paten ataukah yang generik? Introspeksi dirilah.

Hal yang membuat saya terusik adalah pernyataan T.N. Ganie dalam Biografi Sastrawan Kalsel: Sumber Data Manuskrip Saya bahwa apa perlunya kita memaksa seseorang agar tetap mengukuhi profesinya sebagai sastrawan.... Lanjutnya, padahal kita tahu, profesi sebagai sastrawan, terutama sekali di daerah Kalsel, bukanlah profesi yang dapat dijadikan sebagai penopang hidup. Menurut saya, kita tidak perlu memaksa, melainkan mengajak orang-orang untuk berkarya sastra guna memajukan sastra di Kalsel. Ya, agar lebih maju lagi daripada yang kita capai sekalrang. Bersastra memang bukan sekadar mencari materi, melainkan lebih daripada itu, bersastra adalah untuk kemanusiaan dan keagungan Tuhan. Percayalah, dengan itu batin kita akan menjadi kaya yang melebihi kekayaan materi.


Bagian Tiga

Menyangkut buku Antologi Biografi 426 Sastrawan Kalsel yang disebut-sebut T.N. Ganie dalam Biografi Sastrawan Kalsel: Sumber Data Manuskrip Saya, setelah saya amati, perlu dicek ulang untuk kebaikan kita bersama. Dalam buku itu masih ada kesalahan penulisan tahun lahir. Sebut saja Rissari Yayuk pada halaman 361 dalam buku itu dituliskan tahun lahirnya 1982. Seharusnya ia lahir pada tahun 1976. Contoh lainnya, Abdul Karim Amar pada halaman 21 buku itu dituliskan tahun lahirnya 1945. Seharusnya tahun 1954.

Selain itu, penambahan nama sastrawan juga diperlukan dalam buku itu. Dalam Biografi Sastrawan Kalsel: Sumber Data Manuskrip Saya disebutkan T.N. Ganie bahwa syarat agar masuk dalam Antologi Biografi 426 Sastrawan Kalsel adalah adanya biografi kesastrawanan yang berangkutan. Saya menyarankan, jika seandainya seorang sastrawan yang kerap menulis karya sastra di koran dan tidak ada biografinya, tanyakan saja ke pengasuh rubrik sastra koran tersebut. Karena, biasanya pengasuh rubrik sastra koran yang bersangkutan tahu sedikit banyak dengan para sastrawan yang karyanya dimuat dikoran tersebut. Jadi, tidak harus dengan buku yang memuat biografi sastrawan Kalsel.

=====Sastrawan Kalimantan Selatan jumlahnya tidaklah sedikit. Dengan jumlah yang banyak itu, ditambah lagi dengan kemunculan sastrawan Kalsel pada tahun-tahun yang berbeda, memang perlu pendokumentasian yang akurat dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Apa yang telah dilakukan T.N. Ganie dengan karyanya memang harus kita hargai dengan memberikan perhatian seperti berupa kritik dan semangat kepadanya untuk hasil yang lebih baik lagi. Akhirnya, marilah kita bersama-sama berusaha memberikan kontribusi yang berharga dalam memajukan sastra di Kalimantan Selatan semampu diri kita. Bagaimana menurut Anda?

________________________________________________________
BERANDA ::::::: ALAMAT ::::::: POS-EL ::::::: TELEPON
________________________________________________________




Penulis dan Masyarakat Pembaca

(Tanggapan terhadap Tulisan Syaefuddin)

Mahmud Jauhari Ali

Radar Banjarmasin


Sejak pertengahan bulan September 2008 yang lalu banyak tulisan bermunculan di ruang diskusi tertulis ini. Tulisan-tulisan itu membahas sebuah buku yang berjudul Ensiklopedia Sastra Kalimantan Selatan atau lebih dikenal dengan singkatan ESKS di kalangan masyarakat pembaca. Buku ini menurut saya sangat hebat karena dapat menyedot banyak penulis untuk mengupas dan membahasnya. Tercatat sudah genap sepuluh penulis mencurahkan pemikiran untuk kebaikan buku tersebut. Ada penulis yang mengkritik dan ada juga penulis yang berusaha membelanya. Dapat dikatakan buku itu sekarang berada dalam kontroversi.

Dari sekian tulisan yang pernah saya baca di ruang diskusi tertulis ini, ada satu tulisan yang membuat saya kurang berkenan menerimanya, yakni tulisan Syaefuddin. Dalam tulisan itu dikatakan adanya sikap apriori dan tersirat menghakimi serta menelanjangi ESKS dari para penulis sebelumnya. Para penulis sebelumnya bersikap apriori menurut saya tidak benar. Mengapa tidak benar? Karena, para penulis sebelumnya tidak sedang berpraanggapan terhadap ESKS, tetapi sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya dari buku tersebut. Artinya, para penulis sebelumnya sudah membedah isi buku yang diterbitkan Balai Bahasa Banjarmasin itu dan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada dalam isi dan bagian lainnya. Dengan kata lain, para penulis sebelumnya tidak sedang berhipotesis dalam sebuah penelitian.

Menurut saya para penulis sebelumnya juga tidak sedang mengadili atau berlaku sebagai hakim terhadap ESKS. Mengapa demikian pula? Karena, para penulis sebelumnya hanya mengatakan sebuah kejujuran dari kebenaran yang ada dalam buku tersebut. Salah jika penulis sebelumnya mengatakan bahwa ESKS sangatlah baik karena itu perkataan yang tidak jujur. Para penulis sebelumnya bukan manusia-manusia munafik. Seandainya tidak ada tulisan yang berisi tentang kekurangan ESKS, niscaya tidak akan terungkap kebenaran dalam buku tersebut. Karena itulah, pihak Balai Bahasa Banjarmasin, khususya Syaefuddin seharusnya berterima kasih kepada para penulis sebelumnya yang telah menunjukkan sejumlah kekurangan yang harus diperbaiki tanpa harus membayar.

Sebuah buku memang harus dibedah atau ditelanjangi (saya lebih memilih kata dibedah daripada kata ditelanjangi) untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada dalam buku tersebut, termasuk ESKS. Jadi, tidak salah jika para penulis sebelumnya membedah buku ESKS dan membahas kekurangannya. Mengapa kekurangannya yang dibahas? Karena, hal itu demi perbaikan buku yang dibedah tersebut. Sangat naif jika kita hanya membicarakan kebaikan sebuah buku karena hal itu akan membuat kesombongan dalam diri penulis buku yang bersangkutan. Bukankah kesombongan harus kita perangi dan berantas dalam diri kita? Jadi, sebuah buku memang harus dibedah dan karena itulah sekali lagi saya katakan para penulis sebelumnya tidaklah salah mengadakan operasi pembedahan ESKS.

Selain ketiga hal di atas, saya juga kurang berkenan menerima pernyataan Syaefuddin yang menyalahkan para penulis sebelumnya yang menulis di media (lihat paragraf delapan dari tulisan berjudul ESKS, Antara Harapan dan Kenyataan). Bahkan dalam kalimat yang sama, Syaefudiin mengatakan para penulis sebelumnya telah sedikit banyak menulis yang bemuatan pembunuhan karakter tentang ESKS. Kali ini saya benar-benar menghembuskan napas panjang membaca tulisan seorang penulis yang demikian. Duduk bersama untuk bermusyawarah guna kebaikan ESKS memang langkah yang baik, tetapi tidak berarti tulisan berupa kritik adalah hal yang buruk. Tulisan berupa kritik adalah hal yang positif.

Menulis adalah proses kreatif setiap orang untuk mencurahkan ide, pengetahuan, dan perasaannya kepada masyarakat pembaca. Dengan tulisan, kita dapat mencerdaskan masyarakat dari kebodohan. Perhatikan saja, dengan adanya tulisan tentang ESKS di ruang diskusi tertulis ini, masyarakat pembaca dapat mengetahui bahwa ESKS memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. Dengan demikian, masyarakat pembaca dapat berhati-hati menggunakan ESKS. Kita harus sadar bahwa tulisan berupa kritik bukanlah tulisan yang harus ditanggapi dengan emosi, tetapi merupakan tulisan yang sangat berguna dan perlu ditanggapi dengan akal sehat demi kemajuan bangsa ini. Contoh lain dari kritik yang berguna bagi masyarakat pembaca dan yang dikritik adalah seperti berikut ini.

Dalam tulisan Syaefuddin terdapat beberapa kesalahan dalam hal penggunaan bahasa. Pertama, pengunaan tanda koma pada judul. Seharusnya antara ESKS dan Antara diberi tanda titik dua bukan tanda koma. ESKS merupakan judul induk dan Antara Harapan dan Kenyataan merupakan anak judul. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, antara judul induk dan anak judul dipisah dengan tanda titik dua. Kedua, pada paragraf kelima terdapat adanya penggunaan kata blog yang memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia, yakni laman. Seharusnya kata yang digunakan adalah laman dan bukan blog. Ketiga, pada paragraf kelima terdapat kata nafas yang seharusnya ditulis dengan kata napas (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga hal. 774). Keempat, pada paragraf kesebelas ada penggunaan kata sapaan, yakni kata pak yang ditulis dengan Pak. Seharusnya kata sapaan untuk kata ganti orang ketiga tunggal yang bukan untuk pengacuan tidak ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada huruf awalnya. Jadi, seharusnya ditulis pak Agus Suseno.

Contoh tulisan krtitik di atas memberikan manfaat bagi masyarakat pembaca dan yang orang yang dikritik. Masyarakat pembaca akan mendapatkan pengetahuan yang berguna bagi mereka seputar penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Jadi, tulisan kritik itu bermanfaat.

Saya menentang keras penyataan Syaefuddin tentang muatan pembunuhan karekter tentang ESKS dalam tulisan para penulis sebelumnya. Mengapa? Karena, tidak ada yang dibunuh. Malahan para penulis sebelumnya menginginkan ESKS menjadi sebuah buku pengetahuan sastra yang benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat. Melalui tulisanlah para penulis sebelumnya memberikan masukan untuk perbaikan buku tersebut. Menurut saya, Syaefuddin telah membalas air teh yang nikmat sekali dengan air bening yang bernoda. Kebaikan para penulis dibalas dengan tuduhan. Akan tetapi, marilah kita sebagai orang yang bijaksana memaafkan kesalahan Syaefuddin ini. Memaafkan kesalahan oang lain tentu lebih baik daripada berkata-kata yang menyakitkan perasaan sesama.

Kembali kepada kata-kata Syaefuddin tentang musyawarah di atas, kita dapat bertanya, pernahkah Syaefuddin mengundang para sastrawan, mahasiswa, penikmat sastra, guru, dosen, dan masyarakat umum untuk bermusyawarah? Sebuah buku, termasuk ESKS seharusnya ada peluncurannya sekaligus pembedahannya dalam sebuah lokakarya yang dihadiri oleh pihak-pihak yang tidak pernah diundahg tersebut di atas. Sepengetahuan kita buku itu langsung dibagikan kepada berbagai pihak tanpa adanya acara peluncuran dan pembedahan. Dengan tidak adanya peluncuran dan pembedahan tersebut, wajar saja jika tidak ada pula duduk bersama dalam satu meja, bermusyawarah, berembuk, berdiskusi demi kesempurnaan karya tersebut (sesuai kata-kata Syaefuddin pada paragraf delapan dalam tulisannya).

+++++Syaefuddin juga mengatakan hal yang tidak enak untuk kita baca, yakni saling menjatuhkan (lihat paragraf ketiga akhir tulisan tersebut.) Sekali lagi saya sarankan kepada orang-orang Balai Bahasa Banjarmasin agar senantiasa berprasangka baik kepada para penulis yang memberikan sumbangan berupa masukan terhadap ESKS tanpa mereka bayar. Bukannya berprasangka bahwa para penulis yang memberikan masukan tersebut ingin menjatuhkan Balai Bahasa Banjarmasin. Jika saya boleh mengatakan, Syefuddin dalam tulisannya sudah melempar isu negatif seperti halnya yang dikatakan oleh Ali Syamsudin Arsi dalam tulisan berjudul Melempar Isu Negatif. Akan tetapi, sebagai orang-orang yang bijaksana, marilah kita maafkan kesalahan Syaefuddin ini. Jangan ada dendam di antara kita. Dendam hanya akan membuahkan rasa sakit berkepanjangan. Akhirnya, marilah pula kita bersama-sama memajukan sastra di Kalimantan Selatan dengan kejujuran dan kebenaran yang dilandasi iman dan takwa kepada Tuhan YME. Bagaimana menurut Anda?
________________________________________________________
BERANDA ::::::: ALAMAT ::::::: POS-EL ::::::: TELEPON
________________________________________________________



KSI Kertak Hanyar: Ide Awal dan Pembentukannya

Mahmud Jauhari Ali

Radar Banjarmasin

Ide awal pembentukan Komunitas Sastra Indonesia Cabang Kertak Hanyar bermula dari perbincangan sederhana, antara dua orang sastrawan senior yang masing-masing bernama Arsyad Indradi dan Arya Patrajaya di Banjarbaru. Perbincangan itu membahas sebuah rencana pendirian organisasi sastra di Kertak Hanyar yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Saat itu seorang Arsyad Indradi yang memiliki mandat dari Ketua KSI Pusat untuk membentuk KSI cabang di wilayah-wilayah Kalimantan Selatan melihat adanya potensi sastra pada generasi muda di Kertak Hanyar, yakni pada siswa SMA yang tinggal di sana. Beliau berpikiran harus ada wadah bagi generasi muda Kertak Hanyar terutama para siswa SMA tersebut untuk menyalurkan minat dan kemampuan mereka dalam berkarya sastra, baik puisi, prosa piksi, maupun teater. Wadah yang beliau maksud itu adalah Komunitas Sastra Indonesia Cabang Kertak Hanyar.

Rencana tersebut disampaikan oleh Arya Patrajaya kepada salah seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Kertak Hanyar yang juga merupakan sastrawan satu angkatan dengan Arsyad Indradi, yakni Abdul Karim Amar. Dalam perbincangan santai, tetapi serius antara Arya Patrajaya dan Abdul Karim Amar itu, disepakatilah pendirian Komunitas Sastra Indonesia Cabang Kertak Hanyar oleh keduanya.

Proses pun berlanjut pada pengumpulan orang-orang yang memiliki keinginan untuk memajukan dunia sastra di Kertak Hanyar. Orang pertama yang mereka hubungi untuk diajak bergabung dalam pendirian KSI Cabang Kertak Hanyar adalah penulis sendiri. Saat itu penulis setuju bergabung di dalamnya. Menurut penulis, pendirian sebuah organisasi yang bergerak di bidang sastra sangatlah bagus untuk menciptakan iklim kesastraan di belantika alam Kertak Hanyar yang penulis nilai selama ini minim dalam hal sastra. Tidak dapat kita pungkiri bahwa beberapa tahun ini Kecamatan Kertak Hanyar tidak pernah lagi disebut sebagai sebuah daerah yang bernuansa sastra. Jika dibandingkan dengan Banjarmasin atau Banjarbaru, tentulah Kertak Hanyar bukanlah apa-apa. Dahulu pada tahun 1980-an, di Kecamatan Kertak Hanyar kehidupan sastra dapat dikatakan menggembirakan. Hampir setiap minggu digelar pementasan sastra, seperti pembacaan puisi dan pementasan teater oleh sebuah komunitas sastra yang bernama RENASA yang juga didirikan oleh Abul Karim Amar. Karena kondisi alam sastra di Kertak Hanyar pada saat ini sepi, penulis dengan senang hati menggabungkan diri dalam komunitas yang akan mereka bentuk tersebut.

Beberapa minggu kemudian, yakni pada tanggal 31 Agustus 2008 sudah terkumpul delapan orang termasuk mereka berdua untuk bersama-sama membentuk KSI Cabang Kertak Hanyar. Kedelapan orang tersebut, yakni Arya Patrajaya, Abdul Karim Amar, penulis, Yuliati Puspita Sari, Makmur, Fitri Jamaliah, Lina, dan Dewi Yuliani. Kedelapan orang ini berkumpul dengan dihadiri oleh Arsyad Indradi untuk membicarakan pembentukan KSI Cabang Kertak Hanyar. Dalam pembicaraan itu disepakati bahwa KSI Cabang Kertak Hanyar dibentuk dan disaksikan oleh Arsyad Indradi langsung. Adapun kepengurusan KSI Cabang Kertak Hanyar, yakni selaku pendiri adalah Abdul Karim Amar; ketuanya tidak lain ialah Arya Patrajaya dengan wakil ketuanya Makmur; Sekretaris dijabat oleh Fitri Jamaliah dengan wakil sekretarisnya penulis sendiri; Bendahara dipercayakan kepada Yuliati Puspita Sari; anggota-anggotanya ada dua orang, Dewi Yuliani dan Lina.

Pembentukan KSI Cabang Kertak Hanyar ini dilandasi semangat untuk menghidupkan kembali alam sastra sekaligus mencerdaskan kehidupan masyarakat Kertak Hanyar terutama generasi mudanya dalam bidang kesastraan. Semangat ini bukan besifat kedaerahan sebatas Kertak Hanyar, tetapi juga mengarah kepada cita-cita nasional, yakni membumikan sastra di Kertak Hanyar sebagai bagian jati diri bangsa dan juga mengusahakan pencerdasan masyarakat Kertak Hanyar di bidang keastraan sebagai bagian rakyat Indonesia. Hal terakhir ini sejalan dengan alenia keempat pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia dan pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan.”

Dalam pembentukan KSI Cabang Kertak Hanyar pada tanggal 31 Agustus 2008 dibicarakan beberapa hal penting menyangkut pergerakan ke depan komunitas ini. Beberapa hal itu adalah kedudukan, visi, misi, dan program kerja KSI Cabang Kertak Hanyar. Kedudukan KSI Cabang Kertak Hanyar adalah sebagai wadah berkumpulnya para sastrawan, pencinta, penggiat, dan masyarakat penikmat sastra, berada di bawah KSI Pusat di Jakarta.

KSI Cabang Kertak Hanyar memiliki visi yaitu terwujudnya KSI Cabang Kertak Hanyar sebagai wadah berkarya sastra dan pusat informasi serta pelayanan di bidang kesastraan di Kertak Hanyar dalam upaya menjadikan sastra sebagai wahana untuk bekerja sama dan sebagai perekat dalam membangun kehidupan harmonis dengan rasa solidaritas dan kesetaraan dalam masyarakat Kertak Hanyar yang majemuk.

Untuk mencapai visi tersebut, KSI Cabang Kertak Hanyar memiliki misi, yakni mengumpulkan dan menghimpun karya-karya sastra, meningkatkan mutu sastra, memberikan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan mutu para pengurus, meningkatkan kerja sama, dan pemasyarakatan sastra.

Adapun program kerja yang telah disusun dalam pembentukan KSI Cabang Kertak Hanyar ada lima buah. Kelima buah program kerja itu, yakni mengumpulkan dan menghimpun karya sastra dalam bentuk buku cetak, penyelengaraan lokakarya (workshop) di SMA yang ada dalam ruang lingkup Kertak Hanyar sebagai bentuk peningkatan mutu sastra, memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk buku bacaan, membuat laman (website) KSI Cabang Kertak Hanyar sebagai bentuk pemasyarakatan sastra, dan menciptakan kerja sama dengan pihak-pihak yang dianggap perlu untuk memudahkan KSI Cabang Kertak Hanyar mencapai visi tersebut di atas.

Untuk pemasyarakatan sastra, KSI Cabang Kertak Hanyar saat ini telah memiliki laman di www.ksi-kertakhanyar.co.cc. Dengan laman ini, KSI Cabang Kertak Hanyar dapat memasyarakatkan sastra bukan hanya sebatas di Kecamatan Kertak Hanyar, tetapi juga bagi masyarakat secara luas dan global. Demikianlah penulis memberikan sekilas gambaran tentang ide awal dan hal-hal dalam pembentukan KSI Cabang Kertak Hanyar yang telah berdiri pada tanggal 31 Agustus 2008. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.




________________________________________________________
BERANDA ::::::: ALAMAT ::::::: POS-EL ::::::: TELEPON
________________________________________________________





Memanfaatkan Website untuk Kemajuan Dunia Sastra


Mahmud Jauhari Ali

RADAR BANJARMASIN


=====Kini internet telah digunakan dan dinikmati oleh orang di berbagai penjuru tanah air Indonesia untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Berbagai kepentingan tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni kepentingan untuk hal-hal positif dan kepentingan untuk hal-hal negatif. Kita sebaiknya menggunakan internet untuk hal-hal yang positif dan bukannya untuk hal-hal negatif.
=====Beragam fasilitas tersedia di internet, yakni mulai dari fasilitas E-mail untuk dapat saling mengirimkan pesan dari seseorang kepada orang lain hingga fasilitas membuat website untuk memublikasikan berbagai hal kepada orang lain. Semuanya itu memungkinkan kita untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat dunia secara mudah. Dewasa ini di Indonesia termasuk di Kalimantan Selatan sudah banyak orang yang membuat website, baik website untuk dunia kerja maupun website pribadi yang dikenal dengan sebutan blog.
=====Blog atau website pribadi saat ini sudah sangat banyak dibuat dan dimanfaatkan oleh orang di Indonesia. Bahkan dengan banyaknya blog tersebut, di Indonesia terdapat banyak pula komunitas blogger, salah satunya adalah Komunitas Blogger Kalimantan Selatan. Keberadaan Komunitas Blogger Kalimantan Selatan yang bernama Kayuh-Baimbai menjadi sebuah indikator bahwa di Kalimantan Selatan terdapat banyak blog pribadi dengan berbagai isi. Hal ini dapat kita maklumi karena blog memungkinkan kita untuk memublikasikan berbagai bentuk yang ingin kita publikasikan di depan khalayak ramai. Bentuk-bentuk itu seperti artikel, esai, puisi, cerpen, teori sastra, foto dan juga video. Dengan adanya blog, kita dengan mudah mengekspresikan hal-hal yang menjadi ungkapan jiwa kita kepada masyarakat dunia. Dalam hal ini sebaiknnya kita memanfaatkan blog untuk memublikasikan hal-hal yang positif seperti memublikasikan artikel dan esai.
=====Dalam kaitannya dengan dunia sastra di Kalimantan Selatan dan blog, kita dapat memublikasikan segala hal-hal yang berkaitan dengan sastra di Kalimantan Selatan, yakni teori sastra, cipta sastra hingga kritik sastra. Pemublikasian seperti itu akan dapat memajukan dunia sastra di Kalimantan Selatan. Mengapa demikian? Karena dengan pemublikasian tersebut, masyarakat Kalsel akan mendapatkan pengetahuan sastra sehingga memungkinkan mereka dapat memiliki, membuat, dan menilai sastra di Kalimantan Selatan. Selain itu dengan pemublikasian tersebut, orang-orang dari luar Kalimantan Selatan akan mengetahui keberadaan dan mutu sastra di provinsi ini.
=====Di Kalimantan Selatan saat ini sudah ada beberapa blog yang memublikasikan dunia sastra Kalsel. Kita dapat mengunjungi blog-­blog tersebut di internet untuk mendapatkan pengetahuan sastra guna kemajuan dunia sastra di Kalimantan Selatan. Alamat-alamat blog yang memubliksikan dunia sastra itu antara lain www.penyairkalsel.blogspot.com, www.geocities.com/sainulh, www.sastrabanjar.blogspot.com, www.heriesaja.wordpress.com, www.geocities.com/daudp65, dan www.zulfaisalputera.wordpress.com.
=====Blog-blog tersebut telah menjadi media untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan kesastraan bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Untuk lebih memajukan dunia sastra di Kalimantan Selatan, sebenarnya perlu adanya sebuah website Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan di bidang kesastraan sebagai sumber informasi sastra Kalsel dan sebagai forum sastra di provinsi ini. Pengadaan website oleh pemerintah tersebut sekaligus sebagai bentuk nyata kepedulian Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terhadap dunia sastra di provinsi ini. Dengan adanya website ini masyarakat Kalsel akan lebih mengetahui perkembangan dunia sastra Kalimantan Selatan dari waktu ke waktu. Hal ini sangat bagus guna memajukan dunia sastra yang ada di provinsi ini. Kita tentu ingin bukan sastra Kalimantan Selatan semakin maju dalam perkembangannya?
=====Dalam hubungannnya sebagai forum sastra, dengan website ini, kita dapat bertanya, mengutarakan masalah sastra yang ada di Kalsel, saling menyampaikan pengetahuan sastra, dan hal-hal lainnya berkenaan dengan kondisi dunia sastra di Kalimantan Selatan. Sangat menarik bukan? Dalam hal ini, para pelajar, mahasiswa, guru, dosen, peneliti, dan masyarakat luas lainnya dapat bertukar pikiran seputar dunia sastra di provinsi ini. Dengan demikian, dunia sastra Kalsel akan lebih maju.
=====Berdasarkan manfaat yang dapat kita peroleh dari adanya website pemerintah tersebut di atas, menurut saya sangat perlu adanya pengadaan website ini. Sudah saatnya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan memberikan kepedulian yang lebih terhadap sastra yang ada di wilayah kerja mereka, yakni Kalimantan Selatan. Mengakhiri tulisan saya yang sangat sederhana ini, marilah kita pedulikan sastra yang ada di provinsi kita tercinta ini guna kemajuannya dari waktu ke waktu! Bagaimana Menurut Anda?